Thursday 28 July 2011

ISU FEQAH: SISTER IN ISLAM MEMPERTIKAI FEQAH

Yelaaa.Com - Post#12


ISU FEQAH: SISTER IN ISLAM MEMPERTIKAI FEQAH
ADAKAH KENYATAAN SIS ITU BERASAS


KENYATAAN SISTER IN ISLAM
Sila baca kenyataan Sister in Islam (SIS) ini (Klik)
  • Dan apa yang menarik perhatian saya ialah KENYATAAN SIS melalui salah seorang Anggota mereka iaitu Pn Ratna Osman yang MENYERU agar ILMU FEQAH ini DI KAJI semula.
  • Dimana beliau BERPENDAPAT bahawa Ilmu Feqah yang WUJUD pada hari ini ADALAH Tulisan-Tulisan dari Manusia-Manusia Biasa seperti beliau.
  • Dan MENEGASKAN bahawa Apa juga Perundangan yang DI TULIS di dalam Kitab Feqah Tidak Selari dengan HAK ASASI KAUM WANITA.
  • Juga MENGANGGAP Hasil Kitab Feqah yang Wujud pada hari ini adalah hasil Buah Fikiran ULAMA KONSERVATIF.
APA YANG MENJADI PERSOALAN BESAR SEKARANG
Kenyataan yang di Suara kan oleh SIS ini menunjukkan bahawa SIS :
PERTAMA
  1. Tidak Faham Kesejarahan Sejarah Islam selepas Kewafatan Nabi Muhammad Saw.
  2. Tidak Faham Bagaimana Ilmu Feqah ini Di Kumpulkan, Di Kaji dan Di jadikan Pegangan Umat Islam pada hari ini.
  3. Tidak Faham Mengapa Umat Islam Meyakini Kitab-Kitab Feqah yang telah Wujud Ribuan tahun tersebut.
  4. Tidak Faham Mengapa Hukum Hakam di dalam Kitab Feqah Di Tulis menurut Penulisan yang bersandarkan Hukum-Hukum yang Di Sebut oleh Allah Swt melalui Firman-Firman Nya.
KEDUA
  • APA yang Di Suara kan oleh SIS ini lebih Condong kepada FAHAMAN atau  KEILMUAN dari Sudut PEMIKIRAN yang Ingin BEBAS daripada Hukum-Hakam Keagamaan melalui Sudut Perundangan ISLAM.
  • Yang di dorong oleh Ilmu Pengetahuan mereka melalui Perundangan Moden yang di Reka-Cipta berdasarkan Pendapat dan Pandangan BEBAS AGAMA.
  • Juga di dorong oleh Perjuangan terhadap HAK ASASI KAUM WANITA dari Sudut Ke-Hak-Asasi-an Antarabangsa.
KETIGA
  • Pendapat SIS yang mengatakan Kitab Feqah ini bukan dari Sumber Al Quran BERASASKAN Sejarah yang berlaku di dalam Penulisan Kitab INJIL oleh Penganut Agama Kristian.
  • Dan SIS telah MENYAMAKAN TEORI Penulisan Kitab INJIL sebagai SAMA dengan Penulisan Kitab Feqah.
  • Ini di sebabkan oleh KEANGGOTAAN di dalam SIS itu sendiri di anggotai oleh semua lapisan Wanita yang pelbagai Latar Belakang Pendidikan Sekular Moden dan Tidak Arif dan Tidak terlatih di dalam Pengajian Agama Islam.
HASIL DARIPADA HAL TERSEBUT
  • SIS melalui Pemikiran Moden dan Sekular MERAGUI Kewujudan dan Kesahihan Penulisan Kitab Feqah dengan menganggap Ulama-Ulama yang terlibat di dalam Pengumpulan dan Pengkajian Hukum-Hukum Syariah itu sebagai KONSERVATIF.
  • Tanpa mereka SEDARI bahawa APA yang mereka ANGGAP dan SIMPULKAN itu adalah BERTENTANGAN dengan INTIPATI dan INTISARI yang di UNJURKAN oleh AGAMA ISLAM menurut perspektif yang Tepat dan benar.
  • HASIL NYA, Suara SIS ini Tanpak SINIS terhadap ILMU FEQAH dan telah mengundang KEMARAHAN di kalangan UMAT ISLAM yang FAHAM dan TAHU Apa itu FEQAH.
APA YANG SIS TIDAK TAHU DAN TIDAK FAHAM
"Tidak ada cara untuk mengetahui hukum Allah kecuali dengan ilmu usul fiqh."(Al-Amidi)
Dimana Banyak Kesejarahan Ilmu Feqah yang telah di Tulis dan di Perakui serta banyak di hasilkan oleh Para  Ilmuan yang berikut dan boleh di jadikan RUJUKAN oleh Pihak SIS
  • Khabar Al-Wahid, Itsbat Al-Qiyas, dan Ijtihad Ar-Ra'y, ketiga-tiga karya Isa bin Aban bin Shadaqah Al-Hanafi (wafat th 221 H).
  • An-Nasikh Wal-Mansukh karya Imam Ahmad bin Hambal (164-241 H).
  • Al-Ijma ', Ibthal At-Taqlid, Ibthal Al-Qiyas, dan buku lain karya Daud bin Ali Az-Zhahiri (200-270 H).
  • Al-Mu'tamad karya Abul-Husain Muhammad bin Ali Al-Basri Al-mu'taziliy Asy-Syafi'i (wafat th 436H).
  • Al-Burhan karya Abul Ma'ali Abdul Malik bin Abdullah Al-Juwaini/Imamul-haramain (410-478 H).
  • Al-Mustashfa karya Imam Al-Ghazali Muhammad bin Muhammad (wafat 505 H).
  • Al-Mahshul karya Fakhruddin Muhammad bin Umar Ar-Razy (wafat 606 H).
  • Al-Ihkam fi Ushulil-Ahkam karya Saifuddin Ali bin Abi Ali Al-Amidi (wafat 631 H).
  • Ushul Al-Karkhi karya Ubaidullah bin Al-Husain Al-Karkhi (wafat 340 H).
  • Ushul Al-Jashash karya Abu Bakar Al-Jashash (wafat 370 H).
  • Ushul as-Sarakhsi karya Muhammad bin Ahmad As-Sarakhsi (wafat 490 H).
  • Kanz Al-Wushul Ila ma'rifat Al-Ushul karya Ali bin Muhammad Al-Bazdawi (wafat 482 H).
  • Badi'un-Nizham karya Muzhaffaruddin Ahmad bin Ali As-Sa'ati Al-hanafi (wafat 694 H).
  • At-Tahrir karya Kamaluddin Muhammad bin Abdul Wahid yang dikenali dengan Ibnul Hammam (wafat 861 H).
  • Jam'ul-jawami karya Abdul Wahab bin Ali As Subki (wafat 771 H).
  • Al-Muwafaqat karya Abu Ishaq Ibrahim bin Musa Al-gharnathi yang dikenali dengan nama Asy-Syathibi (wafat 790 H).
  • Irsyadul-Fuhul Ila Tahqiq 'Ilm Al-Ushul karya Muhammad bin Ali bin Muhammad Asy-Syaukani (wafat 1255 H).
BEBERAPA DEFINASI ILMU FEQAH
SEDUTAN Khas untuk Rujukan Pihak SIS.
Definisi Usul Fiqh 
  • Para ulama ushul menjelaskan pengertian ushul fiqh dari dua sudut pandang. 
  • Pertama dari pengertian kata ushul dan fiqh secara terpisah, kedua dari sudut pandang ushul fiqh sebagai disiplin ilmu tersendiri. 
Ushul Fiqh ditinjau dari 2 kata yang membentuk nya
Al-Ushul 
  • Al-ushuul adalah bentuk jamak dari al-ashl yang secara etimologis berarti ma yubna ‘alaihi ghairuhu (dasar segala sesuatu, pondasi, asas, atau akar). 
  • Tidakkah kamu memperhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, ashluha (akarnya) teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit. (Ibrahim: 24) 
  • Sedangkan menurut istilah, kata al-ashl berarti dalil, misalnya: para ulama mengatakan: 
أصل هذا الحكم من الكتاب آية كذا 
  • (Dalil tentang hukum masalah ini ialah ayat sekian dalam Al-Qur’an). 
  • Jadi Ushul Fiqh adalah dalil-dalil fiqh. Dalil-dalil yang dimaksud adalah dalil-dalil yang bersifat global atau kaidah umum, sedangkan dalil-dalil rinci dibahas dalam ilmu fiqh. 
Al-Fiqh 
الفقه في اللغة: العلم بالشيء والفهم له 
  • Al-fiqh menurut bahasa berarti pengetahuan dan pemahaman terhadap sesuatu. 
Menurut istilah para ulama: 
الفقه: العلم بالأحكام الشرعية العملية المكتسب من أدلتها التفصيلية 
  • (ilmu tentang hukum-hukum syar’i yang bersifat amaliah yang diperoleh dari dalil-dalilnya yang terinci). 
Penjelasan Definisi 
الحكم: إسناد أمر إلى آخر إيجابا أو سلبا 
  • Hukum adalah penisbatan sesuatu kepada yang lain atau penafian sesuatu dari yang lain. Misalnya: kita telah menghukumi dunia bila kita mengatakan dunia ini fana, atau dunia ini tidak kekal, karena kita menisbatkan sifat fana kepada dunia atau menafikan sifat kekal darinya. 
  • Tetapi yang dimaksud dengan hukum dalam definisi fiqh adalah status perbuatan mukallaf (orang yang telah baligh dan berakal sehat), apakah perbuatannya wajib, mandub (sunnah), haram, makruh, atau mubah. Atau apakah perbuatannya itu sah, atau batal. 
  • Ungkapan hukum-hukum syar’i menunjukkan bahwa hukum tersebut dinisbatkan kepada syara’ atau diambil darinya sehingga hukum akal (logika), seperti: satu adalah separuh dari dua, atau semua lebih besar dari sebagian, tidak termasuk dalam definisi, karena ia bukan hukum yang bersumber dari syariat. Begitu pula dengan hukum-hukum indrawi, seperti api itu panas membakar, dan hukum-hukum lain yang tidak berdasarkan syara’. 
  • Ilmu fiqh tidak mensyaratkan pengetahuan tentang seluruh hukum-hukum syar’i, begitu juga untuk menjadi faqih (ahli fiqh), cukup baginya mengetahui sebagiannya saja asal ia memiliki kemampuan istinbath, yaitu kemampuan mengeluarkan kesimpulan hukum dari teks-teks dalil melalui penelitian dan metode tertentu yang dibenarkan syari’at. 
  • Hukum-hukum syar’i dalam fiqh juga harus bersifat amaliyyah (praktis) atau terkait langsung dengan perbuatan mukallaf, seperti ibadahnya, atau muamalahnya. Jadi menurut definisi ini hukum-hukum syar’i yang bersifat i’tiqadiyyah (keyakinan) atau ilmu tentang yang ghaib seperti dzat Allah, sifat-sifat-Nya, dan hari akhir, bukan termasuk ilmu fiqh, karena ia tidak berkaitan dengan tata cara beramal, dan dibahas dalam ilmu tauhid (aqidah). 
  • Ilmu tentang hukum-hukum syar’i yang bersifat amaliah ini juga harus diperoleh dari dalil-dalil rinci melalui proses penelitian mendalam terhadap dalil-dalil tersebut. Berarti ilmu Allah atau ilmu Rasul-Nya tentang hukum-hukum ini tidak termasuk dalam definisi, karena ilmu Allah berdiri sendiri tanpa penelitian, bahkan Dialah Pembuat hukum-hukum tersebut, sedangkan ilmu Rasulullah saw diperoleh dari wahyu, bukan dari kajian dalil. Demikian pula pengetahuan seseorang tentang hukum syar’i dengan mengikuti pendapat ulama, tidak termasuk ke dalam definisi ini, karena pengetahuannya tidak didapat dari kajian dan penelitian yang ia lakukan terhadap dalil-dalil. 
Sedangkan contoh dalil yang terinci adalah: 
  • Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa riba (yang belum dipungut) jika kamu orang-orang yang beriman. (Al-Baqarah: 278). 
  • Ayat ini adalah dalil terperinci tentang haramnya riba berapa pun besarnya. Dinamakan rinci karena ia langsung berbicara pada pokok masalah yang bersifat praktis. 
Ushul Fiqh sebagai disiplin ilmu 
Ushul Fiqh sebagai sebuah disiplin ilmu tersendiri didefinisikan oleh Al-Baidhawi, salah seorang ulama mazhab Syafi’i dengan: 

معرفة دلائل الفقه إجمالا وكيفية الاستفادة منها وحال المستفيد 
  • (Memahami dalil-dalil fiqh secara global, bagaimana menggunakannya dalam menyimpulkan sebuah hukum fiqh (bagaimana berijtihad), serta apa syarat-syarat seorang mujtahid). 
Penjelasan Definisi 
  • Contoh dalil yang bersifat global: dalil tentang sunnah sebagai hujjah (sumber hukum), dalil bahwa setiap perintah pada dasarnya menunjukkan sebuah kewajiban, setiap larangan berarti haram, bahwa sebuah ayat dengan lafazh umum berlaku untuk semua meskipun turunnya berkaitan dengan seseorang atau kasus tertentu, dan lain-lain. 
  • Yang dimaksud dengan menggunakan dalil dengan benar misalnya: mengetahui mana hadits yang shahih mana yang tidak, mana dalil yang berbicara secara umum tentang suatu masalah dan mana yang menjelaskan maksudnya lebih rinci, mana ayat/hadits yang mengandung makna hakiki dan mana yang bermakna kiasan, bagaimana cara menganalogikan (mengkiaskan) suatu masalah yang belum diketahui hukumnya dengan masalah lain yang sudah ada dalil dan hukumnya, dan seterusnya. 
  • Kemudian dibahas pula dalam ilmu ushul apa syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh seorang mujtahid untuk dapat mengambil kesimpulan sebuah hukum dengan benar dari dalil-dalil Al-Qur’an maupun sunnah Rasulullah saw. 
  • Sedangkan ulama mazhab Hanafi, Maliki dan Hambali mendefinisikan ushul fiqh dengan: 
العلم بالقواعد الكلية التي يتوصل بها إلى استنباط الأحكام الشرعية من أدلتها التفصيلية 
  • (Ilmu tentang kaidah-kaidah umum yang dapat digunakan untuk melakukan istinbath hukum-hukum syar’i dari dalil-dalilnya yang terinci). 
Penjelasan Definisi 
  • Kaidah adalah patokan umum yang diberlakukan atas setiap bagian yang ada di bawahnya. 
Contoh kaidah umum: 
الأصل في الأمر للوجوب 
  • (Pada dasarnya setiap kalimat yang berbentuk perintah mengandung konsekuensi kewajiban) kecuali jika ada dalil lain yang menjelaskan maksud lain dari kalimat perintah tersebut. Misalnya perintah Allah swt dalam surat Al-Baqarah ayat 43: 
وآتوا الزكاة
  • (tunaikanlah zakat) menunjukkan kewajiban zakat karena setiap perintah pada dasarnya menunjukkan kewajiban dan tidak ada ayat lain ataupun hadits yang menyatakan hukum lain tentang zakat harta. Dalam contoh ini ayat tersebut adalah dalil rinci, sedangkan kaidah ushul di atas adalah dalil yang bersifat global yang dapat diberlakukan atas dalil-dalil rinci lain yang sejenis. 
  • Dapat disimpulkan bahwa ilmu ushul fiqh adalah ilmu yang mempelajari sumber-sumber hukum Islam, dalil-dalil yang shahih yang menunjukkan kepada kita hukum Allah swt, apa syarat-syarat ijtihad, dan bagaimana metode berijtihad yang benar sesuai batasan-batasan syariat. 
Cakupan Ushul Fiqh 
  • Setiap disiplin ilmu pasti memiliki bahasan tertentu yang membedakannya dengan disiplin ilmu lain, demikian pula ushul fiqh, ia memiliki bahasan tertentu yang dapat kita ringkas menjadi 5 (lima) bagian utama: 
  • Kajian tentang adillah syar’iyyah (sumber-sumber hukum Islam) yang asasi (Al-Qur’an dan Sunnah) maupun turunan (Ijma’, Qiyas, Maslahat Mursalah, dan lain-lain). 
  • Hukum-hukum syar’i dan jenis-jenisnya, siapa saja yang mendapat beban kewajiban beribadah kepada Allah dan apa syarat-syaratnya, apa karakter beban tersebut sehingga ia layak menjadi beban yang membuktikan keadilan dan rahmat Allah. 
  • Kajian bahasa Arab yang membahas bagaimana seorang mujtahid memahami lafaz kata, teks, makna tersurat, atau makna tersirat dari ayat Al-Qur’an atau Hadits Rasulullah saw, bahwa sebuah ayat atau hadits dapat kita pahami maksudnya dengan benar jika kita memahami hubungannya dengan ayat atau hadits lain. 
  • Metode yang benar dalam menyikapi dalil-dalil yang tampak seolah-olah saling bertentangan, dan bagaimana solusinya. 
  • Ijtihad, syarat-syarat dan sifat-sifat mujtahid. 
Tujuan Ushul Fiqh 
غاية أو ثمرة علم الأصول: الوصول إلى معرفة الأحكام الشرعية بالاستنباط 
  • Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa ghayah (tujuan) dan tsamarah (buah) ilmu ushul adalah agar dapat melakukan istinbath hukum-hukum syar’i dari dalil-dalil syar’i secara langsung. 
Di samping itu ada manfaat lain dari ilmu ushul, di antaranya: 
  • Mengetahui apa dan bagaimana manhaj (metode) yang ditempuh oleh seorang mujtahid dalam beristinbath. 
  • Mengetahui sebab-sebab ikhtilaf di antara para ulama. 
  • Menumbuhkan rasa hormat dan adab terhadap para ulama. 
  • Membentuk dan mengembangkan kemampuan berpikir logis dan kemampuan di bidang fiqh secara benar. 
Sandaran Ushul Fiqh 
1. Aqidah/Tauhid, 
  • karena keyakinan terhadap kebenaran Al-Qur’an dan Sunnah serta kedudukannya sebagai sumber hukum/dalil syar’i bersumber dari pengenalan dan keyakinan terhadap Allah, sifat-sifat dan perbuatan-Nya yang suci, juga bersumber dari pengetahuan dan keyakinan terhadap kebenaran Muhammad Rasulullah saw, dan semua itu dibahas dalam ilmu tauhid. 
2. Bahasa Arab, 
  • karena Al-Quran dan Sunnah berbahasa Arab, maka untuk memahami maksud setiap kata atau kalimat di dalam Al-Quran dan Sunnah mutlak diperlukan pemahaman Bahasa Arab. Misalnya sebagian ulama mengatakan bahwa: 
الأمر يقتضي الفور 
  • (Setiap perintah mengharuskan pelaksanaan secara langsung tanpa ditunda). Dalil kaidah ini adalah bahasa, karena para ahli bahasa mengatakan: jika seorang majikan berkata kepada pelayannya: “Ambilkan saya air minum!” lalu pelayan itu menunda mengambilnya, maka ia pantas dicela. 
3. Al-Quran dan Sunnah, misalnya kaidah ushul: 
الأصل في الأمر للوجوب 
  • (setiap perintah pada dasarnya berarti kewajiban) dalilnya adalah: maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah Rasul itu merasa takut akan ditimpa cobaan atau ditimpa azab yang pedih. (An-Nur: 63)
4. Akal, misalnya kaidah ushul: 
إذا اختلف مجتهدان في حكم فأحدهما مخطئ 
  • (Jika dua orang mujtahid berseberangan dalam menghukumi suatu masalah, maka salah satunya pasti salah) dalilnya adalah logika, karena akal menyatakan bahwa kebenaran dua hal yang bertentangan adalah sebuah kemustahilan. 
Hukum Mempelajari Ushul Fiqh 
  • Al-Amidi dalam bukunya Al-Ihkam mengatakan: “Tidak ada cara untuk mengetahui hukum Allah swt kecuali dengan ilmu ushul ini. Karena seorang mukallaf adalah awam atau bukan awam (’alim). Jika ia awam maka wajib baginya untuk bertanya: 
  • Maka tanyakanlah kepada orang-orang yang berilmu jika kamu tidak mengetahui. (Al-Anbiya: 7) 
  • Dan pertanyaan itu pasti bermuara kepada ulama, karena tidak boleh terjadi siklus. Jika mukallaf seorang ‘alim, maka ia tidak bisa mengetahui hukum Allah kecuali dengan jalan tertentu yang dibenarkan, sebab tidak boleh memutuskan hukum dengan hawa nafsu, dan jalan itu adalah ushul fiqh. 
  • Tetapi mengetahui dalil setiap hukum tidak diwajibkan atas semua orang, karena telah dibuka pintu untuk meminta fatwa. Hal ini menunjukkan bahwa menguasai ilmu ushul bukanlah fardhu ‘ain, tetapi fardhu kifayah, wallahu a’lam.” 
Perbedaan Ushul Fiqh Dengan Fiqh 
  • Pembahasan ilmu fiqh berkisar tentang hukum-hukum syar’i yang langsung berkaitan dengan amaliyah seorang hamba seperti ibadahnya, muamalahnya,…, apakah hukumnya wajib, sunnah, makruh, haram, ataukah mubah berdasarkan dalil-dalil yang rinci. 
  • Sedangkan ushul fiqh berkisar tentang penjelasan metode seorang mujtahid dalam menyimpulkan hukum-hukum syar’i dari dalil-dalil yang bersifat global, apa karakteristik dan konsekuensi dari setiap dalil, mana dalil yang benar dan kuat dan mana dalil yang lemah, siapa orang yang mampu berijtihad, dan apa syarat-syaratnya. 
  • Perumpamaan ushul fiqh dibandingkan dengan fiqh seperti posisi ilmu nahwu terhadap kemampuan bicara dan menulis dalam bahasa Arab, ilmu nahwu adalah kaidah yang menjaga lisan dan tulisan seseorang dari kesalahan berbahasa, sebagaimana ilmu ushul fiqh menjaga seorang ulama/mujtahid dari kesalahan dalam menyimpulkan sebuah hukum fiqh
  • Untuk Ilmu dan maklumat lanjut Klik Sini
SERUAN KEPADA SISTER IN ISLAM
  • Di harap Pihak Sister In Islam akan dapat Menahan Diri dan Perasaan daripada mengeluarkan Kenyataan-Kenyataan yang Boleh di Salah Anggap atau yang Boleh Mencelarukan Hukum Hakam yang telah di Wujudkan di dalam AL QURAN.
  • Dan Tidak Perlu untuk Mempertikaikan Hukum-Hukum Syariah di dalam Perundangan Moden Kemanusiaan
SEBAIK NYA UNTUK SISTER IN ISLAM
  • Dalami dan Pelajari Apa itu ISLAM dan HUKUM HAKAM yang WUJUD did alam nya dengan TELITI sebelum mengatakan sesuatu yang menggambarkan KECETEKAN ILMU ISLAM yang mereka ketahui.
  • Sedangkan SIS itu PEJUANG kepada KEADILAN untuk KAUM WANITA tetapi KEADILAN yang DI KURNIAKAN oleh ALLAH Swt untuk KAUM HAWA telah Cukup Adil dari DUNIA hingga ke Hari AKHIRAT.
Editor

No comments:

Post a Comment